Kamis, 05 Agustus 2010

MH (MUBALLIGH HIJRAH)

-MH-
Sebentar lagi MH (Muballigh Hijrah) nih. Gimana perasaan kita? Senangkah menyambut MH, baik bagi yang sudah merasakannya atau belum? Mungkin ada yang senang dan ada pula yang sumpek. Tergantung pengalaman yang ia rasakan tahun lalu. Ada yang senang karena tahun lalu pengalaman MH begitu berkesan dan mneyenangkan. Dan ada yang sumpek karena MH tahun lalu menyisakan sesuatu yang tidak menyenangkan hati. Ya, begitulah kehidupan. Di satu tempat seseorang merasakan kesenangan, di tempat lain orang lain mersakan kesusahan padahal yang mereka lakukan tidak terlalu berbeda. Atau bagi yang baru akan menjalani MH ada yang deg-degan, takut dan ada pula yang justru menantinya sebagai moment penambah pengalaman calon ulama’. Tenang, MH nggak seseram yang kalian bayangkan kok!
Menjelang MH tahun ini, seorang sahabat kita yang juga menjadi peserta MH mengirim sebuah pesan via SMS yang isinya cukup memotivasi. Sebenarnya beberapa sahabat kita yang lain juga memberi pesan yang senada. Intinya buat kita mestinya siap lah dengan tugas yang sudah bukan kejutan lagi. Saya hanya membalas yang intinya kita butuh keyakinan dengan apa yang kita ucapkan. Kalau kita memotivasi orang lain, kita juga harus memotivasi diri kita sendiri terlebih dahulu. Minimal kita yakin dengan apa yang kita sampaikan pada orang lain. Artinya, dengan SMS seperti itu mestinya kita memastikan bahwa kita sudah siap pula dengan tugas MH yang akan diberikan. Apa pun yang akan kita hadapi nanti, kita mesti siap.
Ternyata SMS itu berlanjut, hingga saya bisa menangkap dari pertanyaan-pertanyaan maupun pernyataan-pernyataannya bahwa sahabat kita ini butuh motivasi terkait tugas MH ini. Katanya, gimana kalo tempat MH nggak sesuai dengan yang antum inginkan? Apakah cukup hanya dengan keyakinan dan PD?. Saya jawab intinya bahwa itulah tantangan, apakah dengan nggak PD akan menyelesaikan masalah? Justru dengan nggak PD kan memperkeruh suasana hati.
Kawan, ada yang perlu kita ketahui dalam kehidupan ini: cara merespon keadaan. Dalam menjalanai kehidupan kita sering menghadapi keadaan yang hilang timbul silih berganti. Nah, bagaimana cara kita merespon keadaan itulah yang membedakan kita dengan orang lain. Cara merespon tempat tinggal, teman, orang-oransg sekitar menentukan bagaimana kita dan perasaan kita. Bisa jadi kita yang ditugaskan di Gunung Kidul merasa sedih, membayangkan hal-hal negatif yang akan menimpa kita, tempat MH yang nggak nyaman, nggak ada air, partner kerja yang nggak solid atau nggak asyik dan sebagainya. Sementara orang lain yang cerdas dalam merespon keadaan akan menjadikannya sebuah tantangan. MH di Gunung Kidul? Wah, bisa lihat gunung, hawanya sejuk, suasana yang damai dan tenang. Bagaimana dengan partner kerja yang nyebelin? Itu masuk dalam kategori tantangan. Ya, hidup ini kan bukan Cuma menghadapi apa yang kita sukai saja. Teman kita yang nggak menyenangkan adalah lahan dakwah yang menarik. Partner kita yang asyik adalah kiriman Allah buta kita mengasah kesabaran. Mungkin kita belum bisa sabar makanya Allah mnegirimkan teman kita yang nyebelin itu. Atau kita sedang disuguhkan gambaran orang yang belum dewasa. Kita yang udah dewasa ya gimana kita bersikap layaknya orang dewasa. Bantulah jika ia perlu bantuhan. Sabarlah jika ia sedang melakukan aksi-aksi yang mengesalkan.
Hidup ini berputar seperti roda. Kesenangan dan kesedihan bisa datang tanpa permisi dan pergi tanpa pamit. Betul? Dan nggak afdhal juga kalau hidup hanya ada kesenangan. Bukankah semua cerita baik novel, cerpen, roman, dan cerita-cerita lainnya mengisahkan hidup yang penuh suka dan duka? Seru nggak kalau cerita yang kita baca atau lihat hanya mengisahkan kesenangan dan kemudahan?
Yang ada hanya pemain utama itu selalu bisa memecaakan masalah dengan cara yang membuat kita kagum karena kesabarannya, kecerdasannya, kemurahan hatinya dan sifat-sifat luar biasa yang lain yang tidak dilakukan oleh orang-orang biasa.
Apa kita tidak boleh mengharapkan medan dakwah kita nanti adalah medan dakwah yang mudah? Apa kita harus berharap tantangan yang menyeramkan? Bukan. Bukan itu maksud saya. Kita kan justru nggak boleh berdoa sesuatu yang buruk buat kita. Saya Cuma mengajak teman-teman semua agar dalam hidup ini jangan hanya membayangkan yang baik-baik saja atau yang buruk-buruk saja. Selain berharap yang baik, kita mesti mempersiapkan diri untuk menghadapi yang buruk bahkan yang terburuk sekali pun. Dan setiap kita menghadapi yang buruk yakinlah pasti ada kebaikan yang bisa kita ambil. Minimal ada hikmah. Ingat kawan, ada HIKMAH. Gimana mau dapat hikmah kalau kita hanya mengecap yang enak-enak saja. Orang yang tidak mau merasakan kesulitan dialah orang yang patut kita kasihani. karena ia akan selalu mengeluh, kecewa dan negatif thingking pada setiap keadaan.
AA Gym pernah bilang dalam bukunya Taushiyah 1 Menit,
“Sesungguhnya kehidupan ini adalah rangkaian ujian yang tiada henti. Sedangkan seberat-berat ujian ialah kelapangan, kemudahan, pujian dan hal-hal lain yang lebih membuat kita lalai dan lupa kepada Allah”
Di halaman yang lain beliau katakan,
“Orang yang akan bahagia adalah orang yang paling siap menghadapi kesulitan dan kepahitan dalam hidup ini, sedangkan orang yang akan banyak menderita adalah yang hanya siap dengan kesenangan dan kemudahan”
Allah itu nggak akan membebani kita di atas kemampuan kita kok. Coba deh baca cuplikan terjemah salah satu surat cinta-Nya yang agung.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al Baqarah:286)
Lewat surat cinta itu pula Allah mengajari kita berdoa.
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al Baqarah:286).
Kawan, mungkin seperti itulah kira-kira jika SMS saya dengan sahabat kita itu diuraikan. Harapan saya, kita bisa positif thinking dengan MH yang akan kita jalani. Semoga bermanfaat dan selamat menunaikan ibadah di bulan Ramadhan. Semoga sukses. Wallahu a’lamu bis showab!
sss -Ain NurWS-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar